Kamis, 11 Mei 2017

Niat Ketika Akan Belajar

Assalamu’alaikum antum... 

Sore ini saya akan berbagi pengetahuan kepada antum tentang Niat Ketika Akan Belajar.
Antum sekalian sudah mengerti apa itu niat ?
Niat itu dalam hati sebelum melakukan atau melaksanakan sesuatu yang akan dilakukan.
Apakah antum sekalian ketika belajar telah menata niat dalam hati ?
Hmm.. ini perlu dipertanyakan dalam diri kita masing-masing.
Pada blog saya kali ini akan menjelaskan Niat Ketika Akan Belajar yang diterangkan dalam kitab Ta’limul Muta’allim.
            Dianjurkan bagi setiap pelajar ataupun Mahasiswa hendaknya meletakkan niat selama dalam belajar. Karena niat sebagai pangkal dari segala amal. Sebagaimana disabdakan Rosulullah SAW. :
انما الاعمال باالنيات
“Sahnya semua perbuatan itu apabila disertau niat”. Hadits Shohih
Diceritakan lagi dari Rosulullah SAW. beliau bersabda : “Banyak terjadi amal-amal yang tampaknya tidak pantas mendapatkan pahala. Akan tetapi lantaran disertai niat yang baik, akhirnya amal tersebut termasuk amal akhirat yang sudah barang tentu akan menerima pahala”.[1]

            Adapun menetapkan suatu ketentuan mengenai permulaan belajar, yaitu hari Rabu. Syekh Burhanuddin mengatakan demikian itu dengan dalil hadits dari Rosulullah SAW. yang mengatakan:
ما من شيئ بدئ فى يوم الاربعاء الا وقد تم
“Apa saja yang dimulai pada hari Rabu itu dapat sempurna”.
Syekh Abu Yusuf Hamdany, menentukan hari untuk memulai perkerjaan yang baik,dilakukan pada hari Rabu.
            Adapun mengenai (alasan) hari Rabu dijadikan pedoman permulaan untuk melakukan sesuatu, karena pada hari Rabu itu merupakan hari dijadikannya nur dan hari nas, yaitu hari yang tidak memberi (membawa) berkah bagi orang kafir, tetapi bagi orang mukmin, hari Rabu tersebut adalah hari yang penuh berkah.[2]
            Untuk ukuran permulaan bagi orang yang memulai belajar, menurut keterangan Imam Abu Hanifah, dari Syekh Imam Umar bin Abu Bakar Az-Zaranji, beliau mengatakan : Guruku telah berkata : Seyogianya ukuran prakiraan pelajaran yang diberikan pada pelajar yang baru memulai belajar, adalah agar diberi batas yang kira-kira mampu untuk diulang sampai dua kali. Selanjutnya, setiap hari ditambah satu kalimat seumpamanya, sehingga pelajaran tersebut semakin banyak dan panjang, serta mampu mengulang sampai dua kali. Demikian seterusnya. Kemudian menambah pelajaran tersebut sedikit demi sedikit, secara pelan-pelan.
            Sebaiknya, pelajaran yang telah diberikan itu dicatat setelah diulang beberapa kali dan disimpulkan. Karena, dengan mencatat tersebut dapat memberi pertolongan, juga sangat besar manfaatnya. Janganlah menulis suatu pelajaran yang belum jelas atau belum paham. Sebab, yang demikian itu hanya akan menumpulkan otak dan menghilangkan kecerdasan, serta menyia-nyiakan waktu saja.
            Dianjurkan bagi Pelajar (Santri) itu rajin dalam memahami pelajaran yang diberikan gurunya, dengan cara berangan-angan, berpikir, dan memperbanyak mengulang. Karena, meskipun pelajaran atau pengajian yang diberikan itu sedikit, tetapi mau mengulang sampai beberapa kali, sudah tentu pelajaran tersebut dapat melekat dan benar-benar paham.

Semoga ulasan saya bermanfaat untuk kita semua,Amiin...
Tak hanya membaca tetapi juga di praktekkan.
Sekian Terimakasih J

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh



[1]  Syekh Az Zarnuji, Pedoman belajar Ta’limul Muta’allim,( Surabaya: Al-Hidayah, 2010), hlm. 10

[2]  Syekh Az Zarnuji, Pedoman belajar Ta’limul Muta’allim,( Surabaya: Al-Hidayah, 2010), hlm. 55


Senin, 08 Mei 2017

Makalah Media Pendidikan

MEDIA PENDIDIKAN
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits
 tahun 2017 STAI Al Muhammad Cepu




Dosen Pengampu :  SOLIKIN HASAN, M.Pd.I

Oleh:
                      1.      INNAYATUS SHOFIYA          ( 2116.101.029 )
                      2.      INA ALIM TOYIBAH              ( 2116.101.032 )
                      3.      MEI MAFTUCHAH                 ( 2116.101.035 )
                      4.      MUFIDA ISNAINY                  ( 2116.101.034 )
                      5.      SITI IMRO’AH                          ( 2116.101.030)





SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
 AL-MUHAMMAD CEPU
2017


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dalam kaitannya dengan usaha menciptakan suasana yang kondusif media pendidikan atau pengajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Sebab media merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran dapat di perkaya dengan berbagai alat atau media pengajaran. Guru dapat menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang akan di pakai dalam situasi berlainan dan menciptakan iklim yang emosional yang sehat di antara murid-muridnya. Bahkan alat atau media pengajaran ini selanjutnya membantu guru “membawa” dunia ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang Abstrak dan samar-samar sifatnya menjadi konkret dan mudah di mengerti oleh murid. Bila alat atau media ini dapat di fungsikan secara tepat, maka murid akan banyak terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga pengalaman belajar anak dapat di tingkatkan.
B.       Rumusan Masalah
1. 
Apakah yang dimaksud dengan media pendidikan 

C.      Tujuan Penulisan
1.    Untuk memahami lebih luas tentang media pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Memahami Media Pendidikan
1.    Pengertian Media Pendidikan
Media berasal dari kata “Medium” yang berasal dari bahasa latin “Medius” yang berarti “tengah” atau “sedang”. Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan (Latuheru, 1988:9).
Menurut Zakiyah Daradjat menyebutkan bahwa media pendidikan adalah sumber belajar dan dapat juga di artikan sebagai manusia dan benda atau peristiwa yang membuat kondisi siswa mungkin memperoleh pengetahuan keterampilan atau sikap.
Jadi, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian maka alat ini mencangkup apa saja yang dapat digunakan dan mempunyai peranan penting sebab alat/media dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi kepribadian muslim yang diridhoi oleh Allah.[1]

2.      Hadits Media Pendidikan
عن عبد الله بن عمر رضى الله عنها- قال اشتكى سعد بن عبادة شكوله فاءتاه النبى صلى الله علهي وسلم يعوده مع عبد الر همن بن عوف وسعد بن ابى وقاص وعبد الله بن مسعود رضى الله عنهم- فلما دخل عليه فوجده فى غاشية اهله فقال “قد قضى” قلوا لايا رسول الله. فبكى النبى صلى الله عليه وسلم. فلما راى القوم بكاء النبى صلى الله عليه وسلم- بكوا فقال “الا تسمعون ان الله لايعذب بدمع العينى, ولابخزن القلب, ولكن يعذب بهذا – واشارالى لسانه – اويرحم وان الميت يعذب ببكاء اهله عليه” وكان عمر رضى الله عنه – يضرب فيه بالعصا, ويرمى بالحجارة ويحثى باالتراب. رواه البخارى والمسلم
Dari Abdullah bin Umar RA. dia berkata. Sa’ad bin Ubadah menderita sakit. Lalu, Nabi SAW datang menjenguknya bersama Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdullah bin Mas’ud RA. Ketika beliau SAW masuk menemuinya, maka beliau mendapatinya sedang diliputi (dikelilingi) keluarganya. Beliau SAW bertanya, Apakah ia telah meninggal?’ Mereka menjawab, ‘Tidak. wahai Rasulullah! Nabi SAW pun menangis. Ketika orang melihat Nabi SAW menangis, maka mereka pun turut menangis. Maka beliau SAW bersabda. Apakah kalian tidak mendengar sesungguhnva Allah tidak menyiksa dengan sebab air mata dan tidak pula sebab kesedihan hati, akan tetapi Dia menyiksa dengan sebab ini- seraya mengisyaratkan dengan lidahnya – atau memberi rahmat. Sesungguhnya mayit disiksa dengan sebab tangisan keluarganya kepadanya. Umar bin Khaththab memukul orang dengan karena hal tersebut dan melempari dengan batu serta dengan tanah.

Adapun penjelasan kalimat “(Melihat Nabi SAW menangis, maka mereka turut menangis)”ini menunjukkan bahwa kisah ini terjadi setelah kisah Ibrahim (putra Nabi SAW) sebab Abdurrahman bin Auf turut hadir di sini. Narnun dia tidak menanyakan kepada Nabi SAW seperti yang ditanyakan pada kisah Ibrahim.hal ini menunjukkan dia tel ah mengetahui bahwa tangisan sekedar mengeluarkan air mata tidaklah dilarang. Nabi bersabda”tidakkah kalian mendengar” yakni apakah kalian tiadak mendengarkan dengan sebaik-baiknya.
Kalimat ini menunjukkan bahwa Nabi SAW melihat sebagian mereka mengingkari apa yang beliau lakukan. Oleh sebab itu, beliau SAW menjelaskan kepada mereka perbedaan antara tangisan yang dilarang dan tangisan yang diperbolehkan. (menyiksa dengan sebab ini), yakni jika ia mengucapkan perkataan yang tidak baik. (atau merahmati), jika Ia mengucapkan perkataan yang baik. Namun ada pula kemungkinan makna perkataannya. “Atau
merahmati”, 
yakni jika ancaman yang dijanjikan tidak diwujudkan. (sesungguhnya mayit disiksa dengan sebab tangisan keluarganya kepadanya), yakni hal itu berbeda dengan tangisan selain keluarganya. Hal ini serupa dengan kisah Abdullah bin Tsabit yang dikutip oleh Imam Malik dalam kitab Al Muwaththa’.[2]
Dalam hadits yang lain, Nabi juga menjelaskan tentang lidah sebagai media, bunyi haditsnya adalah :
عن سفيان بن عبد الله الثقفى قال قلت يا رسول الله حد ثنى با مراعتصم به. قال “قل ربيى الله ثم استقم” قلت يا رسول الله ما اخوف ما تخاف علي فاخد بلسان نفسه ثم قال “هذا” رواه الترمذى واحمد
Dari Sufyan ibn Abdillah al-Tsaqafiy, ia berkata: Saya berkata: Wahai Rasulullah!Beritahukanlah kepadaku suatu hal yang akan saya pegang selalu. Beliau bersabda: Katakanlah! Tuhanku adalah Allah, kemudian beristiqamahlah (konsistenlah dengan pengakuan itu). Saya bertanya lagi, Ya Rasulullah! Apa yang paling Engkau khawatirkan tentang diri saya? Maka ia memegang lidahnya kemudian berkata, “ini”.
Dan pada hadist berikut ini menjelaskan, Nabi memberi pelajaran kepada sahabat dengan menggunakan jarinya sebagai media. Bunyi haditsnya sebagai berikut 
عن سهل بن سعد قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم “انا وكا فل اليتيم فى الجنة كلها تين” واشار با صبعيه يعنى السبا بة والوسطى. رواه الترمذى وابوداود واحمد
Dari Sahl ibn Sa’ad, ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda: Aku dan pemelihara anak yatim dalam sorga seperti ini. Beliau mengisyaratkan kedua jarinya yang dirapatkan, yaitu: telunjuk dan jari tengah.

Pada hadist diatas Nabi SAW memberikan pelajaran kepada sahabat tentang sesuatu yang tidak mereka ketahui, Nabi juga memakai media yakni mengisyaratkan dengan jari dan lidahnya. Dikatakan bahwa posisi orang yang memelihara anak yatim, memiliki kedudukan yang tinggi dalam islam dan bakal menempati tempat terhormat dalam surga nantinya, yakni berdampingan dengan Nabi, ketinggian dan kehormatan itu digambarkan oleh Rasulullah SAW.bagaikan dua jari tangan (telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan) dalam hal ini, kedua jari tengah dijadikan media oleh Rasulullah SAW. Dengan demikian para sahabat dapat memahami dengan mudah isi pelajaran yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.
3.      Dalam Analisis Kependidikan
Dipandang dari segi kependidikannya, maka kehadiran media dalam pembelajaran mempunyai arti yang cukup penting . karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik itu dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media pengajaran dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan yang mendukung :
a.    Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b.    Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa.
c.    Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata komunikasi verbal.
d.   Siswa lebih banyak kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tapi juga beraktivitas mengamati dan mendemonstrasikan.[3]

4.      Fungsi Media/Alat pendidikan Islam
Abu Bakar Muhammad berpendapat bahwa kegunaan alat/media pendidikan itu adalah :
a.    Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit.
b.    Mampu mempermudah pemahaman dan menjadikan pelajaran lebih hidup (menarik).
c.    Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan, melatih belajar dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu.
d.   Membantu pembentukkan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran.
e.    Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan), mempertajam indera, memperhalus perasaan dan cepat belajar.
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat di ambil kesimpulannya, bahwa media pendidikan banyak terdapat dalam hadits nabi . yang mana media tersebut merupakan sumber belajar dan sebagai bahan penyampai pesan pembelajaran terhadap anak didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Diantara media pendidikan yang telah dibahas tersebut adalah: media manusia dan media non manusia. Media manusia terdiri dari: media lidah dan jari sedangkan media non manusia terdiri dari: media langit dan bumi, matahari dan bulan, sutera dan emas.

B.            Saran
Dengan adanya penulis menyajikan tulisan berupa makalah ini diharapkan bermanfaat hendaknya, terutama bagi penulis sendiri. Kritik dan saran penulis harapkan untuk  kesempurnaan penulisan kedepannya.






DAFTAR PUSTAKA

Djamarah,syaiful bahri dan azwan zain, strategi belajar mengajar,(Jakarta :PT Rineka Cipta, 2006),cet ke 3


Httpzainalmasrizai.blogspot.sg201209hadits-tentang-media-pendidikan-islam_23.html






[1]  Http://www.M-Edukasi.Web.id/2012/04/Pengertian-media-pembelajaran.HTM, Diakses pada tanggal 22 April 2017 pukul 06.52
[2]  httpzainalmasrizai.blogspot.sg201209hadits-tentang-media-pendidikan-islam_23.html, diakses pada tanggal 23 April 2017 pukul 21.45
[3]  Djamarah,syaiful bahri dan azwan zain, strategi belajar mengajar,(Jakarta :PT Rineka Cipta, 2006),cet ke 3,hal 119